Train your little dragon

Judulnya melatih naga kecil. Siapa naganya? Anak-anak kita jawabnya. Mereka itu seperti naga-naga kecil yang sudah berpotensi menyemburkan apinya, berpotensi terbang tak tentu arah, dan kita, tidak bisa membiarkan mereka membakar apapun yang ada di hadapan mereka, ataupun terbang entah kemana tanpa tahu kapan kembali. Dan di luar sana, ada begitu banyak pihak yang menginginkan potensi mereka untuk “dimanfaatkan” oleh mereka yang tidak berhak. Melatih si “naga” kecil itu butuh kesabaran dan trik jitu. Anak-anak dengan segala potensinya, tidak boleh menjadikan mereka kehilangan semua itu, tetapi juga tidak membiarkan mereka tidak paham apa yang harus mereka lakukan untuk bisa diterima dengan lingkungannya. Anak-anak perlu belajar etika yang bersumber dari empati, sopan santun yang bersumber dari kasih sayang, dan mendengarkan yang bersumber dari rasa hormat.

Etika adalah perilaku kita terhadap sesama yang menjaga norma-norma yang ada di masyarakat, tidak dengan paksaan, tetapi harus mulai ditimbulkan dari rasa empati, seperti bagaimana jika mereka mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan, bagaimana jika mereka diperlakukan tidak adil. Sehingga kemudian anak-anak akan dengan secara sadar berusaha menjaga norma di masyarakat itu sebagai rasa empatinya pada sesama manusia.

Sopan santun adalah perilaku kita pada sesama manusia yang menempatkan orang lain pada posisi yang tepat. Sikap itu tidak bisa timbul dengan paksaan, harus muncul dari adanya rasa kasih sayang dalam diri si anak. Bagaimana kasih sayang yang ada di jiwanya itu kemudian menempatkan orang lain sebagai individu yang harus dijaga haknya dengan menampilkan sikap sopan santun pada mereka.

Mendengarkan adalah perilaku yang sulit dilakukan oleh anak-anak, karena sebagian besar metode belajar mereka harus dilakukan dengan mendengarkan, terutama mendengarkan ucapan mereka yang lebih tua seperti guru, orang tua, kakek, nenek, dan sebagainya. Dan mendengarkan baru bisa mereka lakukan ketika ada rasa hormat di hati mereka pada orang yang mereka dengar. Dan itu muncul ketika orang yang ingin mereka dengar bisa menunjukkan kepribadian yang patut untuk dihormati. Karenanya menjadi orang yang terhormat menjadikan anak-anak paham bahwa menjadi terhormat itu sulit sekali, dan mereka harus menghargai mereka yang ada di posisi itu. Terhormat bukanlah kata yang dibatasi oleh jabatan, terhormat adalah sikap yang menempatkan seseorang di posisi yang tinggi karena ilmunya, ilmu yang terwujud dalam sikap, bukan ilmu yang hanya tersimpan dalam kepala. Itu artinya, menjadi terhormat adalah menjadikan apa yang sudah dipelajari dalam hidup menjadi amalan sehari-hari. Dan anak-anak harus paham itu semua.

Jadi, anak yang beretika, sopan, menghormati orang tua bukanlah hasil latihan dengan rotan, cambuk atau mata melotot, tetapi hasil pemahaman mereka akan hakikat dari sumber semua sikap tersebut. Maka, si naga kecil itu tahu bahwa api yang keluar dari mulutnya akan bermanfaat untuk membantu menghangatkan, dan mereka tahu bahwa kalau mereka terbang jauh, ada orang di rumah yang menunggu mereka penuh harap untuk segera pulang.

can-t-find-the-perfect-clip-art-yt2TPp-clipart

Leave a comment