Seri Pembentukan Karakter – Membentuk Karakter Matematis

-Kumpulan Materi Kelas WA Sekolah Ibu-

🌧🌈🌧🌈⛈🌈🌧🌈🌧🌈🌧🌈🌧🌈🌧
Laporan terkini dari UNESCO Institute for Statistics (UIS) 21 September 2017, mengungkapkan bahwa 617 juta anak dan remaja di seluruh dunia tidak mencapai tingkat kemampuan minimum dalam membaca dan matematika.

Menurut laporan tersebut, dua-pertiga anak-anak usia sekolah dasar dan lebih separuh anak usia sekolah pertama tak bisa mencapai tingkat kemampuan minimum dalam membaca meski mereka berada di ruang kelas.

🌧🌈🌧🌈⛈🌈🌧🌈🌧🌈🌧🌈🌧🌈🌧
Belajar Matematika dengan ibu sendiri, adalah proses pembentukan ikatan bagi ibu dan anak, proses pengembangan daya pikir dan kreativitas ibu, dan proses pembentukan karakter bagi anak, karakter yang akan dibentuk:
1. Runut
2. Analitis
3. Teliti
4. Percaya diri

🌧🌈🌧🌈⛈🌈🌧🌈🌧🌈🌧🌈🌧🌈🌧
Tahapan:
1. Mengurutkan angka sampai 100 (disebut, ditulis)
Target: bisa hitung maju dan mundur dengan cepat, memahami satuan dan puluhan secara otomatis
2. Mengkosongkan angka secara acak
Target: bisa menganalisa angka di antara dua angka berurutan
Contoh: 33, 34, …, 36, 37, 38, …, 40, …, 42, 43
3. Melompat-lompat angka dimulai dari lompat satu sampai lompat yang lebih besar lagi
Target: bisa menjumlahkan angka secara otomatis, bisa menganalisa pola lompatan, dasar penjumlahan
Contoh: 2, 4, 6, …
4. Mengenalkan penjumlahan dan pengurangan (biasakan buat dalam bentuk hitung susun ke bawah)
Target: terbiasa menjumlahkan dengan memulai dari satuannya dulu, mudah untuk mengerjakan hitungan sejajar dengan angka banyak
Contoh:

5. Mengenalkan perkalian (buat kartu perkalian bertahap, perkalian 1 satu kartu, perkalian 2 satu kartu, dst, buat soal perkalian sesuai dengan target per kartu dalam bentuk tertulis)
Target: menghafal perkalian maksimal 3 bulan
6. Mengenalkan pembagian (biasakan membuat pembagian dalam hitung susun)
Target: terbiasa membagi dimulai dari angka yang paling depan

🌧🌈🌧🌈⛈🌈🌧🌈🌧🌈🌧🌈🌧🌈🌧
TIPS: Lakukan setiap tahapan tanpa terburu-buru, buat suasana belajar yang menyenangkan, lakukan sebentar saja tapi rutin setiap hari. Tahapan ini bisa dimulai dari anak mulai bisa menghitung secara verbal (meskipun kata-katanya belum jelas).

🌧🌈🌧🌈⛈🌈🌧🌈🌧🌈🌧🌈🌧🌈🌧
Catatan Akhir:
Mengajarkan matematika pada anak adalah menumbuhkan fitrah anak akan logika matematis yang sudah tersimpan “software”nya dalam otak manusia. Matematika menjadi sulit ketika dasar logika berpikirnya tidak dibentuk dengan kokoh, dan software yang seharusnya sudah ada dalam otak manusia seringkali tidak terpakai karena terkaburkan dengan terlalu banyak rumus sebelum anak memahami logika dari rumus itu sendiri. Jadi…jangan hilangkan fitrah logika matematis anak dengan memaksakan belajar matematika.

Seri pembentukan karakter: Menanamkan kemandirian finansial sejak dini pada anak

-Kumpulan Materi Kelas WA Sekolah Ibu-

🌺🌺🍃🌺🌺🍃🌺🌺🍃🌺🌺🍃🌺🌺🍃🌺🌺🍃🌺🌺🍃
Definisi kemandirian finansial:
Kemandirian finansial adalah salah satu bentuk karakter yang bisa menentukan kemampuan seseorang untuk mengendalikan dirinya dengan baik. Kemandirian finansial adalah kemampuan seseorang untuk mengelola berapapun rejeki yang dimilikinya menjadi bermanfaat seoptimal mungkin sehingga menjadikannya pribadi yang tidak mudah mengeluh dan selalu bersyukur dengan apa yang dimilikinya.

🌺🌺🍃🌺🌺🍃🌺🌺🍃🌺🌺🍃🌺🌺🍃🌺🌺🍃🌺🌺🍃
Manfaat kemandirian finansial:
1. Membentuk karakter mandiri yang hanya menggantungkan dirinya pada Allah SWT
2. Membentuk karakter pemimpin yang mampu mengendalikan hawa nafsunya sendiri
3. Membentuk karakter pemikir yang kreatif dan tidak konsumtif
4. Membentuk karakter pejuang yang tangguh dan tidak mudah mengeluh
5. Membentuk karakter visioner yang disiplin dan penuh perencanaan

🌺🌺🍃🌺🌺🍃🌺🌺🍃🌺🌺🍃🌺🌺🍃🌺🌺🍃🌺🌺🍃
Tahapan kemandirian finansial:
Sebaiknya dimulai sejak anak mulai mengerti arti uang (mulai jajan):
1. Menumbuhkan kesadaran anak bahwa uang merupakan rejeki dari Allah yang harus dijaga, tidak dihambur-hamburkan dan jumlahnya terbatas
Penerapannya: bisa dimulai dari balita, meletakkan uang dalam kotak sesuai dengan jumlah jajan anak sehari, dan setiap anak minta jajan kita ambil uang dari kotak tersebut sehingga anak bisa melihat berapa uang yang sudah dihabiskan dan berapa banyak lagi yang masih tersisa dalam kotak
2. Memberikan anak kesempatan mengelola uang
Penerapannya: bisa dimulai saat sudah usia sekolah, memberikan jatah uang jajan selama seminggu (bila belum terbiasa bisa dilakukan bertahap mulai per hari, per 3 hari, kemudian baru per minggu, bila bisa lebih dari itu semisal per bulan lebih baik lagi).
3. Mengajarkan anak menabung
Penerapannya: setelah terlatih untuk mengelola uang, baru kita ajak anak untuk menabung, menyisakan sebagian uang jajan mingguannya itu untuk ditabung. Mulai melatih anak membuat catatan keuangan, dengan buku akutansi, ada uang keluar, ada uang masuk, ada saldo. Sehingga anak bisa terpacu untuk menambah saldonya. Di saat ini, kita beri alternatif anak makanan kudapan di rumah (bisa buat atau beli), sehingga mereka tidak perlu jajan dan menghabiskan uangnya. Di sekolah juga bisa dibawakan bekal, untuk menekan jajan. Dengan begitu anak terlatih untuk menekan kemauan jajannya.
4. Membuat perencanaan keuangan dengan anak
Penerapannya: setelah uang tabungan anak-anak cukup banyak, sehingga menggiurkan buat mereka untuk membeli mainan, segera ajarkan anak untuk membuat perencanaan terbaik untuk uang yang mereka miliki. Kita beri pilihan-pilihan yang bisa membuka pikiran anak-anak, seperti misalnya nanti uang tabungannya untuk membeli laptop yang diperlukan untuk kegiatan sekolah dan kegiatan pribadi, karena sekarang semua sudah terkomputerisasi, jadi apapun yang kita inginkan bisa dipelajari lewat komputer. Jadi, manfaatnya jauh lebih banyak daripada harga yang kita keluarkan. Setelah anak cukup besar (SMP) kita bisa mulai mengajarkan investasi pada anak, misalnya dalam bentuk emas, atau modal usaha sehingga anak bisa melihat manfaat yang lebih besar dari tabungannya, dan bisa mulai merintis kemandiriannya.

🌺🌺🍃🌺🌺🍃🌺🌺🍃🌺🌺🍃🌺🌺🍃🌺🌺🍃🌺🌺🍃
Catatan Akhir:
Warisan yang paling berharga bagi anak-anak adalah karakter kuat yang kita bentuk dalam diri mereka. Bukan harta yang menjamin anak-anak kita bisa sejahtera, tetapi kemampuan mengelola harta yang bisa menjamin anak-anak kita sejahtera.

Pendidikan Seksualitas pada Anak

-Kumpulan Materi Kelas WA Sekolah Ibu-

💞💜💞💜💞💜💞💜💞💜💞💜💞💜
Pendidikan seksualitas adalah bagaimana kita mengenal diri sendiri (penanaman jati diri yang kuat bahwa “Saya adalah laki-laki” atau “Saya adalah perempuan”), bagaimana seharusnya seseorang berpakaian yang sesuai dengan aturan agama, bersosialisasi dengan lingkungan (terutama lawan jenis), berkomunikasi dan berinteraksi.

💞💜💞💜💞💜💞💜💞💜💞💜💞💜
Apakah kita mengajarkan seks secara harfiah pada anak-anak? Jawabannya “tidak”, yang kita ajarkan adalah
– Bagaimana anak-anak mengidentifikasi emosinya
– Mempelajari apa yang dirasakan tubuhnya ketika mereka merasa khawatir atau takut
– Membahas tentang “persetujuan”, bahwa tubuh kita adalah milik kita, dan kita berhak untuk berkata Ya atau Tidak
– Untuk anak-anak yang masih balita, mereka bisa menggunakan bahasa tubuhnya untuk berkata Ya atau Tidak, dan orang tua harus peka dengan hal ini, jadi tidak membiasakan “memaksakan” diri untuk mendorong anaknya melakukan sesuatu ketika bahasa tubuhnya mengatakan “tidak”
– Ketika anak-anak tumbuh semakin besar, mereka mulai diajarkan untuk berbicara dan berkata dengan verbal,”saya tidak mau dipeluk, saya merasa tidak nyaman jika dipeluk”

💞💜💞💜💞💜💞💜💞💜💞💜💞💜
Catatan akhir:
Bagian terpenting dari pendidikan seksualitas pada anak adalah mengajarkan kepada anak betapa berharganya tubuh kita, dan hanya diri kita sendiri yang berhak atas tubuh kita.

Memacu Kreativitas Anak

-Kumpulan Materi Kelas WA Sekolah Ibu-

🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃
PRINSIP
1. Tidak ada anak nakal, yang ada adalah anak kreatif.
Anak nakal adalah label yang diberikan oleh orang tua. Anak kreatif yang tidak diberi dukungan dan fasilitas akan “kehilangan arah” dalam menyalurkan kreativitasnya sehingga menjadi anak yang disebut orangtuanya “nakal”.
2. Allah SWT tidak pernah membuat produk gagal, semua anak unik.
3. Kreativitas itu bukan produk instan, harus dilatih terus menerus sejak dini.
4. Anak kreatif adalah anak yang diberikan pilihan dan kesempatan untuk memilih. Bila kita senantiasa memaksakan kehendak, maka anak kita tidak akan menjadi kreatif.

🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃
APA ITU KREATIVITAS ?
Kreativitas adalah kemampuan berpikir beragam yang ditandai dengan :
– Fluency : ide-ide yang mengalir lancar
– Flexible : memikirkan berbagai macam pemecahan masalah.
– Originalitas : mencari hal baru yang belum pernah ada.
– Elaborasi : melakukan tuntas, detil dari berbagai sudut pandang.

🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃
CIRI-CIRI ANAK KREATIF
– Selalu ingin tahu
– Tidak puas dengan satu jawaban
– Eksploratif
– Suka mencoba hal-hal yang tidak biasa

🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃
TIPS: Bila anak terus bertanya dan dirasakan cukup mengganggu maka orangtua dapat menyiasatinya dengan memberikan satu buku tulis yang diberi judul “BUKU RASA INGIN TAHUKU”, jadi anak bisa menuliskan (atau menggambarkan) pertanyaannya di buku tersebut. Saat orangtua sedang tidak sibuk dapat mencari jawaban pertanyaan tersebut bersama-sama si anak.
Termasuk saat bertamu, biasanya anak tidak bisa duduk manis. Maka buku tersebut dapat dibawa agar anak memiliki media untuk “menyampaikan” pertanyaanya saat orangtuanya sedang sibuk mengobrol misalnya. Anak juga harus diajarkan adab bertamu, seperti :
– Tidak memotong pembicaraan orangtua
– Duduk di ruang tamu, tidak asal masuk ke dalam rumah
– Dapat menahan/mengendalikan diri
– Meminta izin kepada tuan rumah bila menginginkan sesuatu
– Beri pujian pada anak bila ia dapat melakukan semua hal di atas dengan baik.

🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃
MEMACU ANAK MENJADI KREATIF
1. Menerima dan memacu munculnya perbedaan
2. Menghargai perbedaan pendapat
3. Mendorong anak untuk mempercayai penilaian pribadi mereka
4. Tekankan bahwa setiap orang mempunyai kreativitas yang berbeda dari berbagai bentuk
5. Jadilah stimulan bagi pemikiran kreatif (jadilah motivator)

🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃
METODE APLIKATIF UNTUK KREATIVITAS
1. Action learning. Anak melakukan sesuatu secara mandiri dan orangtua sebagai fasilitator.
2. Permainan. Permainan merupakan simulasi dari seluruh kemampuan anak (kognitif, emosi, sosial, fisik)
3. Eksplorasi. Dengan menggunakan seluruh sarana yang ada di lingkungan keseharian anak sebagai media, termasuk mengajak anak travelling atau berekreasi.
4. Mengajak anak berdiskusi.
5. Orangtua menjadi contoh kreatif

🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃
LINGKUNGAN YANG MENDUKUNG KREATIVITAS
– Merawat, tidak membatasi
– Merangsang, tidak mendikte
– Responsive, tidak mengontrol
– Mendukung kemandirian, bukan menuntut
– Memberi kebebasan, tidak mengabaikan

🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃
Catatan Akhir: Bila orangtua terbiasa melarang tanpa memberikan solusi berarti bukan orangtua yang kreatif. Ketika harus melarang, maka berikan alasan yang logis pada anak-anak. Bila anak dilarang maka akan muncul rasa ingin tahunya (Intellectual of Curiousity). Bila orang tua tidak memuaskan rasa ingin tahu anak, maka ia akan mencari tahunya sendiri dan bila tanpa pendampingan ini akan berbahaya. Atau justru sebaliknya bila anak banyak bertanya tapi diabaikan maka bisa membunuh Intellectual of Curiousity-nya dan anak menjadi cuek.