Ironi Kasih Sayang

Image

Tulisan ini saya buat atas keprihatinan mendalam pada para ibu yang harus bersusah payah menghadapi perilaku anaknya yang sudah berada di luar kendalinya pada usia anak yang masih sangat belia. Mereka memaksa orangtuanya, terutama ibunya untuk memenuhi setiap keinginannya, yang ia sendiri sebetulnya tidak pernah tahu apakah keinginannya itu baik baginya atau tidak. Anak-anak seperti ini tidak jarang hidup dalam gelimang kasih sayang dari orang tuanya, tapi kasih sayang itu justru menjadi selalu kurang dirasakan oleh mereka, karena mereka menuntut lebih dan lebih lagi.

Kasih sayang kita pada anak, adalah naluri alam yang sudah menjadi berkah bagi setiap umat manusia. Seharusnya, kasih sayang itu adalah untuk menjadi bekal bagi si anak dalam mengarungi hidupnya kelak. Menjadi manusia yang kuat, bisa berdiri di atas kakinya sendiri, dan senantiasa menebarkan kasih sayang ke semua orang.

Sayangnya, banyak ibu yang tidak bisa memahami naluri kasih sayangnya. Sehingga anak hanya menjadi tempat tumpahan kasih sayangnya, tanpa berfikir bahwa masa depan anak tersebut ada dalam buaiannya.

Anak-anak harus tumbuh dengan kasih sayang, karena dengan itu mereka bisa mengenal kasih sayang, bisa merasakan kasih sayang, bisa menjadi pribadi yang pengasih dan penyayang. Tapi harapan itu menjadi buram karena kasih sayang yang mereka dapatkan tidak membuat mereka mengenal dan merasakannya. Kasih sayang yang mereka rasakan tidak mendidik mereka untuk menghargai orang yang telah mengasihi dan menyayangi mereka, tidak menginspirasi mereka untuk menyebarkan kasih sayang pada orang-orang di sekitar mereka. Itu adalah sebuah ironi dari kasih sayang.

Kasih sayang seperti apa yang telah membuat anak-anak menjadi seperti itu? Kasih sayang yang tidak mendidik, kasih sayang yang tidak bervisi, kasih sayang yang menutup mata.

Kasih sayang yang tidak mendidik adalah kasih sayang yang tidak mengajarkan anak kita cara kita menerima kasih sayang dan memberi kasih sayang, karena kalau kasih sayang adalah hal pertama yang diterima anak dari seorang ibu, berarti kasih sayang adalah pelajaran pertama yang diterima anak dari kehidupan ini.

ImageKasih sayang yang tidak bervisi adalah kasih sayang yang diberikan seorang ibu tanpa kesadaran sepenuhnya akan visi ke depan bagi anaknya. Seorang ibu adalah manusia pertama dan yang seharusnya paling bisa melihat, lewat visi batinnya, akan jadi apa kelak anaknya. Seorang ibu tidak pernah melihat kekurangan yang ada pada diri anaknya seperti cara orang lain memandang kekurangan tersebut. Ia akan selalu berusaha membuktikan bahwa anaknya akan menjadi manusia hebat kelak. Itu yang disebut visi seorang ibu. Visi itu yang kemudian akan membangun semangat dan kesadaran ibu untuk membentuk anaknya sepenuh hati menjadi manusia yang selalu ia harapkan dalam setiap doanya. Anak-anak yang tidak dibesarkan dengan visi ibunya, akan tumbuh mengikuti arus dan tidak pernah mau menjadi dewasa, karena ia tidak punya harapan pada kedewasaannya.

Yang terakhir adalah kasih sayang yang menutup mata. Kasih sayang seorang ibu, yang tidak mau melihat anaknya sebagai satu kepribadian utuh. Tidak mau melihat seluruh sisi kepribadian anaknya, terutama sisi yang gelap. Karena manusia, pada hakikatnya tidak bisa terlepas dari kelemahan. Dan kelemahan sesungguhnya adalah senjata yang belum ditemukan kegunaannya. Sayangnya, ada banyak ibu yang menutup mata terhadap kelemahan anaknya. Ia selalu memandang sempurna anaknya, meskipun di depan matanya sendiri terdapat perilaku yang tidak baik dari anaknya. Kasih sayang yang menutup mata, hanya akan mencelakai orang yang kita kasihi dan kita sayangi. Karena, kasih sayang seharusnya adalah menerima sepenuhnya orang yang kita kasihi apapun kelebihan dan kekurangannya. Menguatkan kekurangannya, menyempurnakan kelebihannya. Dan yang terpenting dari semua itu, kasih sayang sebetulnya tidak menuntut materi, yang dituntut dalam kasih sayang adalah keikhlasan yang memberinya, keikhlasan sepenuh hati untuk meluangkan seluruh perhatian, waktu, tenaga, dan fikiran bagi orang yang dikasihinya.

Semoga, kita bisa menjadi ibu yang baik bagi anak-anak kita. Ibu yang bisa mencurahkan kasih sayang sesempurna-sempurnanya bagi anak-anak kita. Ibu yang bisa mewujudkan manusia-manusia yang penuh kasih sayang bagi siapapun. Ibu yang bisa mewujudkan kedamaian di muka bumi.

AAmiiin..

THE KING MAKER

lingkaran sempurna

BAGIAN KESATU

Bismillaahirrohmaanirrohiiim

Ini akan menjadi goresan pertama dari banyak tulisan yang akan saya buat untuk mendokumentasikan sesuatu yang sangat penting. Sesuatu yang saya jalani sehari-hari, semoga bisa menjadi warisan berharga terutama bagi wanita-wanita generasi penerus setelah saya.

sudah lebih dari 10 tahun saya menjalani peran sebagai seorang istri. Dan setelah 10 tahun itu ada banyak hal yang sudah saya capai. Tidak bagi diri saya, tetapi bagi pendamping hidup saya. Karena saya memang bercita-cita bisa menjadi istri bagi seorang laki-laki luar biasa, dan bisa menjadi ibu bagi generasi penerus yang hebat.

Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di hadapan kita kelak, tapi setiap harapan baik akan memberi dorongan pada kita untuk memilih jalan yang baik. Karenanya, seorang wanita harus mempunyai harapan baik bagi keluarganya. Harapan baik itu berwujud visi yang tajam dan misi yang jelas tentang perannya sebagai istri dan ibu. Istri bukanlah “sekedar” pendamping bagi suami, tetapi istri adalah “the King Maker”. Dia harus menyerahkan seluruh kemampuannya untuk memastikan sang “nakhoda” bisa menjalankan perannya dengan baik. Tidak hanya dukungan scara fisik, tetapi terlebih adalah dukungan emosional yang bisa menggebrak semangat untuk mencapai pulau impian.

Ada satu syarat utama untuk bisa menjadi seorang “king maker”. Syarat itu adalah kesatuan frekuensi. Frekuensi istri menguatkan frekuensi suami, melesatkan setiap mimpi menjadi nyata. Kesatuan frekuensi membuat kita mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain. Setiap kebimbangan, keputus-asaan, keragu-raguan, ketakutan, kemarahan, kesenangan. Semua rasa dalam diri suami bisa dirasakan ketika istri berada pada satu frekuensi. Kesatuan frekuensi hanya bisa didapat ketika ada keterbukaan, komunikasi yang pajang dan lebar, dan kemampuan kita untuk mengikuti setiap pembicaraan sehingga kita bisa menjadi teman bicara TERBAIK bagi suami. Dibutuhkan kerendahan hati, kejujuran, kesabaran, pengetahuan yang luas, pilihan kata yang baik dan imajinasi untuk bisa menjadi teman bicara TERBAIK. Steiap hari adalah dinamika, sehingga setiap kali bertemu selalu dimulai dengan rasa keingintahuan akan kabar suami hari ini, itu awal untuk menyamakan frekuensi. Setelah itu, kita berdua akan punya do’a yang sama untuk kita panjatkan setiap harinya, yang menjadikan kekuatan kita berdua mendapatkan dukungan dari langit.